Langsung ke konten utama

Postingan

Story For Us : Sajadah

Postingan terbaru

Bijak Mengulas di Google Maps

  Saya termasuk orang yang suka memberi ulasan untuk sebuah tempat, utamanya tempat makan melalui Google Maps. Hal ini karena saya suka mencari informasi tentang suatu tempat di Google Maps. Maklum saja saya bukan tipe orang yang sat-set untuk pergi keluar, tapi juga kepo dengan dunia luar . Maka Google Maps menjadi jalan ninja saya. Saya memiliki template pencarian di Google Maps yaitu "makanan enak di".  Saya tinggal memilih lokasi mana yang ingin diketahui kulinernya dengan menambahkan nama kota atau tempat di belakang template tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya valid (karena pengalaman terbaik adalah berkunjung langsung), jujur kontribusi ulasan di Google Maps sangat membantu orang-orang seperti saya untuk mencari informasi.          Ulasan tempat di Google Maps menjadi sangat penting dan menarik saat seseorang menuliskan ulasannya (bukan hanya sekedar memberi bintang) dengan lengkap dan jelas, mencantumkan foto atau video, dan informasi tamba...

Story for Us : Menulis Tentang Pemilu

        Bulan Februari besok, saya akan kembali mendapatkan hak pilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu), yang berarti ini akan menjadi keikutsertaan saya untuk kali kedua dalam Pemilu. Saya telah mendapat hak pilih 2019 lalu pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur, Pemilu 2019 serta 2020 untuk Pemilihan Bupati Jember. Lima tahun berselang, tahu-tahu sudah mau Pemilu lagi. Countdown Pemilu 2024         Pemilu 2019 lalu kalau kita ingat, ada banyak peristiwa unik yang mewarnai pesta demokrasi saat itu. Media sangat riuh dengan berbagai pemberitaan saling serang antar-pendukung Capres 1 dan 2, WhatsApp dan sosial media lain dibatasi selama tiga hari menjelang Pemilu, Nicholas Saputra swafoto di Instagram, Petugas KPPS yang sakit dan meninggal , hingga plot twist Prabowo ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju.   Peristiwa pembatasan WhatsApp  yang menurut pemerintah untuk menghindari penyebaran ujaran ke...

Jika Harus Punya Idola, 3 Tokoh Berikut yang Saya Pilih

     Saya ingat ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP dulu, kami harus menggunakan ID Card selebar A4 dengan identitas diri termasuk tokoh idola. Waktu itu saya bingung karena saya tidak merasa ngefans dengan siapa pun. Teman-teman saat itu banyak menulis public figure seperti artis, penyanyi, bahkan pejabat. Saya akhirnya mengosongi "tokoh idola" di ID Card warna pink milik Gugus 7 waktu itu karena memang tidak mengidolakan siapa pun.       Saat-saat sekarang, sebenarnya jika ada yang iseng tanya siapa tokoh yang saya idolakan, saya masih tetap tidak tahu. Tapi saya cukup memantau tokoh-tokoh berikut ini karena karya-karyanya dan saya rasa mereka bisa masuk kategori tokoh yang bisa saya idolakan. 1. Raditya Dika      Sebagian dari kita mungkin mengetahui siapa Raditya Dika. Dia adalah penulis, sutradara, produser, aktor, stand up comedian , dan Youtuber. Cukup banyak yang dia lakukan sehingga perlu saya sebut semuanya. Saya m...

Romantisme Berangkat Sekolah

     Saya adalah salah satu orang yang cukup akrab dengan bus umum jarak pendek. Hal ini karena saat sekolah menengah dulu saya selalu naik bus untuk berangkat dan pulang sekolah. Sejujurnya, ini hanya alasan praktis saja karena saya selalu bersekolah di tempat yang jauh dari rumah dan kebetulan tinggal di dekat jalan raya yang dilewati bus.      Selama total enam tahun sekolah SMP dan SMA, bus-bus yang lewat di jalanan dekat rumah ini sangat berjasa untuk mengantar saya menuju sekolah yang berada di Kecamatan Kencong, Jember. Saat itu saya berimajinasi dengan memposisikan diri saya seperti para pelajar di Jepang yang menggunakan transportasi umum untuk ke sekolah. Rasanya menyenangkan dan imajiner sekali. Kalau pelajar di Jepang itu menggunakan bus atau kereta yang bersih, nyaman, dan aman, transportasi yang saya gunakan agak jauh dengan imajinasi itu. Bus umum yang mau mengangkut anak sekolah biasanya hanya bus yang jarak tempuhnya pendek, jalannya lambat...

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi (Bagian 2)

     Sebelum ini saya pernah menulis Menguji Nyali Menuntaskan Misi yang menceritakan sedikit perjalanan saya menuju kelulusan di perguruan tinggi. Kisah saya tulis secara runtut mengenai beberapa tahapan pengerjaan skripsi yang sampai pada ujian tugas akhir. Kali ini saya akan melengkapi Menguji Nyali Menuntaskan Misi bagian dua.      Seusai melaksanakan ujian skripsi, sebagian besar orang berpikir bahwa ini adalah tahapan terakhir yang dapat memberikan kita gelar sarjana. Tapi tentu saja tidak. Itu baru pertengahan karena masih banyak proses lain yang harus dilalui sampai bisa dinyatakan lulus secara resmi. Mulai dari revisi yang bikin emosi, setumpuk administrasi yang tak kunjung usai, dan entri nilai tugas akhir yang bukan terakhir. Makin mendekati kelulusan, makin banyak saja drama yang berlalu. Berlalu-lalang.       Saya terus membesarkan hati sendiri agar tidak menyerah. Semenjak memasuki tahapan pengerjaan skripsi, saya memilih ...

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi

Tanggal 9 September minggu ini menjadi sebuah tanggal yang spesial bagi saya. Karena tepat satu tahun lalu, saya telah memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat dengan skripsi. Sembilan September tahun lalu saya telah melaksanakan Seminar Proposal Skripsi. Sebenarnya ini bukan hal yang terlalu istimewa. Setiap orang yang kuliah dan mengambil mata kuliah skripsi atau tugas akhir juga akan melaksanakan Seminar Proposal. Tapi saat Anda berada di tahapan gak yakin-yakin amat , itu menjadi momentum uji nyali.  Ketika menulis postingan ini juga merupakan uji nyali bagi saya. Karena akhirnya saya punya mental yang siap untuk memberitahu banyak orang bahwa saya juga pernah mengalami masa-masa skripsian. Disaat orang lain menginjak tahapan skripsian, disaat itu juga saya tutup rapat-rapat dari orang lain. Rasa khawatir, malu, dan pikiran yang tidak penting itu rasanya selalu menghantui. Padahal juga tidak ada yang tanya sih, saya sudah sampai tahapan apa atau udah ngapain aja. Lagi-lagi...