Sebelum ini saya pernah menulis Menguji Nyali Menuntaskan Misi yang menceritakan sedikit perjalanan saya menuju kelulusan di perguruan tinggi. Kisah saya tulis secara runtut mengenai beberapa tahapan pengerjaan skripsi yang sampai pada ujian tugas akhir. Kali ini saya akan melengkapi Menguji Nyali Menuntaskan Misi bagian dua.
Seusai melaksanakan ujian skripsi, sebagian besar orang berpikir bahwa ini adalah tahapan terakhir yang dapat memberikan kita gelar sarjana. Tapi tentu saja tidak. Itu baru pertengahan karena masih banyak proses lain yang harus dilalui sampai bisa dinyatakan lulus secara resmi. Mulai dari revisi yang bikin emosi, setumpuk administrasi yang tak kunjung usai, dan entri nilai tugas akhir yang bukan terakhir. Makin mendekati kelulusan, makin banyak saja drama yang berlalu. Berlalu-lalang.
Saya terus membesarkan hati sendiri agar tidak menyerah. Semenjak memasuki tahapan pengerjaan skripsi, saya memilih pulang pergi naik motor dari rumah ke kampus yang jaraknya satu jam perjalanan. Tiap hari ke kampus untuk mengurus ini itu. Tapi ya mau bagaimana lagi, "mau lulus tidak?" itu yang saya pikirkan. Sekali lagi drama terus berlalu-lalang sampai kadang saya suka sebal sendiri. Tapi tidak seru kalau tidak ada rintangan. Tuhan masih berbaik hati untuk memberi saya kesempatan agar dapat menyelesaikan semua tahapan dengan baik. Akhirnya saya dinyatakan lulus secara resmi oleh pihak kampus pada pertengahan Juli. Senang iya, selebihnya biasa saja. Karena saat menengok kembali di hari kemarin, keinginan itu menjadi tidak muluk-muluk. Sudah bisa lulus Alhamdulillah banget...
Tahapan berikutnya adalah upacara kelulusan. Wisuda! Tapi jangan buru-buru. Kampus saya menggunakan sistem waitinglist untuk wisuda sehingga masih harus bersabar sekali lagi untuk menunggu giliran. Sebulan, dua bulan, tibalah saatnya ketika mendapat panggilan wisuda. Ada sedikit rasa ganjil ketika saya pergi ke kampus lagi untuk persiapan wisuda. Momen yang sudah saya tunggu. Tepat pada hari Jumat, 06 Oktober 2023 lalu saya dan teman-teman mengikuti yudisium di fakultas kami. Mendengar nama saya dan nama orang tua dipanggil, wah.. begini ya rasanya. Alhamdulillah saya telah resmi lulus dengan predikat : survive. Ya, apalagi. Bisa survive sejauh ini adalah pencapaian yang paling utama.
Lulus dengan predikat survive |
Beruntungnya kampus saya memiliki jadwal yudisium yang berdampingan dengan hari wisuda, sehingga keesokan hari seusai yudisium saya dapat langsung mengikuti proses lanjutan yakni wisuda. Bagi banyak orang wisuda adalah momen sakral dan istimewa sehingga perlu untuk dipersiapkan dengan baik. Saya setuju dengan hal itu dan turut mempersiapkan momen wisuda saya sebaik mungkin. Satu hal yang saya pikirkan adalah, saya tidak mau ribet. Anda tentu tahu, wisudawati persiapannya akan jauh lebih banyak daripada wisudawan. Jadi apa yang saya lakukan untuk hari besar saya? Berangkat dengan persiapan seadanya. Jadwal wisuda saya pada hari Sabtu, 07 Oktober 2023. Karena saya cukup dengan merias sendiri wajah saya, jadi saya punya banyak waktu untuk beristirahat dan bersiap-siap. Pukul 05.25 WIB saya sudah sampai di area kampus dengan penampilan terbaik menurut saya. Hal terpenting bagi saya adalah datang tepat waktu, penampilan seadanya dan tidak menjadi soal. Wisudawan memang dijadwalkan siap pada pukul 06.00 WIB sehingga saya sudah sampai bahkan 35 menit sebelum jadwal. Jadi apakah saya sudah bisa mendapat gelar "a very morning person"?
Prosesi wisuda berjalan lancar sesuai jadwal dan rencana. Jika bertanya momen apa yang paling mengesankan saat wisuda, salah satunya ketika senat universitas memasuki auditorium dan diiringi Gaudeamus Igitur. Kalau boleh jujur, rasanya seperti wisuda kampus di Inggris. Padahal saya hanya pernah tinggal di Indonesia dan tidak pernah kuliah di Inggris. Entahlah, pikiran saya berimanjinasi begitu. Ketika maju untuk pemindahan jumbai toga dan bersalaman dengan rektor, masih ada kejadian unik juga. Entah karena grogi atau tidak konsentrasi, saya malah mengajak salaman rektor dulu. Padahal harusnya jumbai toga dipindah dulu. Tidak masalah, saya jadi punya foto tertawa bareng rektor. Momen wisuda ini dihadiri oleh keluarga inti saya, ibu dan saudara-saudara saya. Bapak saya tidak bisa hadir karena sudah almarhum sebelum saya kuliah. Bagaimanapun, momen ini tetap berkesan dan priceless.
Wisuda sejatinya adalah upacara kelulusan yang dilakukan oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikan. Rasa syukur dan bahagia benar terlihat di hari itu. Saya yang awalnya masih banyak ita-itu padahal sudah layak untuk diwisuda, kemudian disadarkan oleh Tuhan saat hari wisuda saya. Hari itu ada 750 wisudawan, namun salah satunya berhalangan hadir dan diwakilkan kehadirannya oleh pihak keluarga. Kenapa? Salah satu wisudawan ini telah meninggal dunia. Kami para wisudawan saat itu langsung terdiam dan beberapa diantaranya menitikkan air mata. Kami sangat menghargai perjuangan beliau yang telah menyelesaikan pendidikannya hingga tuntas. Ada pula saya lihat wisudawan yang keluar dari gedung auditorium sambil menangis. Belakangan saya ketahui bahwa wisudawan ini datang tanpa disambut kehadiran orang tuanya. It's bitter. Bagi kita yang bisa hadir sehat wal afiat saat wisuda, ditemani keluarga, teman, atau bahkan "pendamping wisuda", harus banyak bersyukur. Karena sekali lagi, ini momentum yang tidak semua orang berkesempatan untuk merasakannya. Pada akhirnya saya ingin mengucapkan selamat pada semua wisudawan dan wisudawati yang telah resmi lulus dari Universitas Jember. Juga teman-teman lain yang juga telah wisuda dan resmi lulus dari universitas lain. Semoga Tuhan memberikan kelancaran dan kemudahan pada setiap rencana baik kita.
Officially Graduated! |
Berlatar belakang Bendera Fakultas |
Adios, UNEJ! |
Komentar
Posting Komentar