Langsung ke konten utama

Akhirnya Saya Lulus Tepat Waktu

     Beberapa minggu setelah saya wisuda, saya baru menyadari bahwa saya bisa lulus tepat waktu. Tepat waktu dari Hong Kong? Anda yang kenal dengan saya, atau setidaknya membaca tulisan-tulisan saya sebelum ini tentu tahu bahwa saya lulus tidak tepat waktu secara perhitungan akademis. Namun, saya merasa bisa lulus tepat waktu jalur perubahan lalu lintas.

     Tepat 07 Oktober lalu saya diwisuda dan setelahnya tidak banyak mobilitas saya ke kampus. Belakangan saya tahu bahwa daerah kampus Universitas Jember (UNEJ) dan sekitarnya diberlakukan Sistem Satu Arah (SSA). Meski baru tahap uji coba, banyak masyarakat terutama mahasiswa yang mengeluhkan sistem baru ini. Kebanyakan merasa sistem ini merepotkan karena harus memutar ke jalan yang sebenarnya tidak perlu dilalui. Namun sebagian juga mendukung karena merasa jalanan menjadi lebih teratur. Semua dikembalikan pada preferensi masing-masing.

     Siang ini saya mengetahui dari akun Instagram resmi Dinas Perhubungan Kabupaten Jember bahwa SSA akan dilakukan uji coba selama 24 jam. Nah, lho. Sepertinya pihak terkait mendapatkan dukungan dari masyarakat atau setidaknya SSA ini memang "harus" diberlakukan secara penuh. Memang baru tahapan uji coba, tapi arahnya kemana kita sudah tahu.

Informasi Uji Coba SSA 24 Jam

     Bagi saya pribadi, sistem ini membuat saya sedikit menghela napas lega karena diberlakukan saat saya sudah lulus. Setidaknya masih belum ada lagi kepentingan mobilitas di daerah tersebut. Hal ini saya katakan karena semata-mata saya yang tidak cukup lihai dalam mengendarai sepeda motor. Ya bisa dong, bisa banget saya naik sepeda motor. Hanya saya tidak terlalu suka berkendara di wilayah perkotaan yang padat dan kadang semrawut. Jadi saya hanya pergi ke kota kabupaten jika benar-benar ada urusan yang sangat penting. Bahkan dulu ketika kuliah, saya akan menempuh jalur yang tidak terlalu padat untuk dilalui. Pun saya tidak kemana-mana kecuali ke kampus. Kedengarannya malas tapi itulah kehidupan yang saya jalani belakangan ini, hihihi. Sehingga hal ini membuat saya memiliki predikat lulus tepat waktu jalur perubahan lalu lintas, sesaat sebelum SSA diberlakukan.

     Namun saat mengetahui daerah kampus UNEJ diberlakukan SSA, saya juga tidak semena-mena nyukurin mereka yang harus melalui jalur tersebut untuk sekolah atau bekerja. Kebijakan baru seringkali mendapat pro kontra karena tidak selalu sesuai dengan kepentingan orang banyak. Membuat orang harus muter-muter misalnya. Kendati demikian, saya yakin para pembuat kebijakan yang berwenang seperti Dinas Perhungan atau Satlantas telah mempertimbangkan dengan matang kenapa harus ada SSA di daerah kampus. Kita hanya bisa berharap semoga terus ada pemantauan terhadap SSA ini sehingga jika kelak ada ketidaksesuaian atau dirasa tidak efisien maka dapat segera dievaluasi. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi (Bagian 2)

     Sebelum ini saya pernah menulis Menguji Nyali Menuntaskan Misi yang menceritakan sedikit perjalanan saya menuju kelulusan di perguruan tinggi. Kisah saya tulis secara runtut mengenai beberapa tahapan pengerjaan skripsi yang sampai pada ujian tugas akhir. Kali ini saya akan melengkapi Menguji Nyali Menuntaskan Misi bagian dua.      Seusai melaksanakan ujian skripsi, sebagian besar orang berpikir bahwa ini adalah tahapan terakhir yang dapat memberikan kita gelar sarjana. Tapi tentu saja tidak. Itu baru pertengahan karena masih banyak proses lain yang harus dilalui sampai bisa dinyatakan lulus secara resmi. Mulai dari revisi yang bikin emosi, setumpuk administrasi yang tak kunjung usai, dan entri nilai tugas akhir yang bukan terakhir. Makin mendekati kelulusan, makin banyak saja drama yang berlalu. Berlalu-lalang.       Saya terus membesarkan hati sendiri agar tidak menyerah. Semenjak memasuki tahapan pengerjaan skripsi, saya memilih pulang pergi naik motor dari rumah ke kampus yang

Jika Harus Punya Idola, 3 Tokoh Berikut yang Saya Pilih

     Saya ingat ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP dulu, kami harus menggunakan ID Card selebar A4 dengan identitas diri termasuk tokoh idola. Waktu itu saya bingung karena saya tidak merasa ngefans dengan siapa pun. Teman-teman saat itu banyak menulis public figure seperti artis, penyanyi, bahkan pejabat. Saya akhirnya mengosongi "tokoh idola" di ID Card warna pink milik Gugus 7 waktu itu karena memang tidak mengidolakan siapa pun.       Saat-saat sekarang, sebenarnya jika ada yang iseng tanya siapa tokoh yang saya idolakan, saya masih tetap tidak tahu. Tapi saya cukup memantau tokoh-tokoh berikut ini karena karya-karyanya dan saya rasa mereka bisa masuk kategori tokoh yang bisa saya idolakan. 1. Raditya Dika      Sebagian dari kita mungkin mengetahui siapa Raditya Dika. Dia adalah penulis, sutradara, produser, aktor, stand up comedian , dan Youtuber. Cukup banyak yang dia lakukan sehingga perlu saya sebut semuanya. Saya mengetahui Raditya Dika saat SMP karena

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi

Tanggal 9 September minggu ini menjadi sebuah tanggal yang spesial bagi saya. Karena tepat satu tahun lalu, saya telah memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat dengan skripsi. Sembilan September tahun lalu saya telah melaksanakan Seminar Proposal Skripsi. Sebenarnya ini bukan hal yang terlalu istimewa. Setiap orang yang kuliah dan mengambil mata kuliah skripsi atau tugas akhir juga akan melaksanakan Seminar Proposal. Tapi saat Anda berada di tahapan gak yakin-yakin amat , itu menjadi momentum uji nyali.  Ketika menulis postingan ini juga merupakan uji nyali bagi saya. Karena akhirnya saya punya mental yang siap untuk memberitahu banyak orang bahwa saya juga pernah mengalami masa-masa skripsian. Disaat orang lain menginjak tahapan skripsian, disaat itu juga saya tutup rapat-rapat dari orang lain. Rasa khawatir, malu, dan pikiran yang tidak penting itu rasanya selalu menghantui. Padahal juga tidak ada yang tanya sih, saya sudah sampai tahapan apa atau udah ngapain aja. Lagi-lagi, mo