Langsung ke konten utama

Sarapan Pagi adalah Koentji

Sebelum melanjutkan membaca, jawab pertanyaan sederhana ini dulu : Apakah kalian tim sarapan pagi tiap hari atau bukan?

Pertanyaan tersebut adalah isi yang akan saya tulis setelah ini...

Ketika SD dulu, pertama kalinya saya mendengar ada program kampanye "Sarapan Pagi setiap Hari" yang diadakan oleh salah satu perusahaan yang memiliki produk susu sereal. Waktu itu dengan polosnya saya berpikir, kenapa sarapan saja harus dikampanyekan? Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, akhirnya saya mengamini bahwa program tersebut bukan hanya sekedar ajang promosi produk.

Produk susu sereal yang mengadakan program "Sarapan Pagi setiap Hari" itu tentu benar-benar melihat fakta di lapangan bahwa banyak anak sekolah di Indonesia yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Program ini sasaran utamanya memang anak sekolah, sehingga dalam bahasa marketing-nya, "7 dari 10 anak Indonesia tidak sarapan sebelum berangkat sekolah". Tidak tahu pasti berapa banyak sampel yang digunakan oleh produk susu sereal itu saat survey, yang jelas saya cukup yakin memang banyak sekali dari kita yang menunda atau meniadakan sarapan pagi sebelum beraktivitas. Pada program "Sarapan Pagi setiap Hari" mengajak masyarakat untuk membudayakan sarapan terutama pada anak-anak usia sekolah. Apabila sarapan pagi dengan makanan berat masih dirasa sulit karena tidak sempat, program ini menawarkan produk andalan mereka, susu sereal yang siap konsumsi kurang dari tiga menit penyajian. Setidaknya, perut Anda akan terisi dengan produk yang diklaim sebagai minum makanan bergizi ini. Tentunya dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat mengedukasi dan menginspirasi masyarakat untuk sarapan pagi tiap hari.

Fakta lain yang saya temukan adalah masih banyak juga anak sekolah yang tiap harinya, hari gini, tidak sarapan. Kebetulan, saya mendapatkan informasi dari narasumber terpercaya yang mengajar kelas 2 di salah satu SD. Beliau bercerita bahwa sebagian besar siswanya sering mengeluh lapar dan ingin cepat-cepat istirahat meski belum waktunya. Ketika ditanya, "apa tadi tidak sarapan?" kompak menjawab tidak. Alasannya macam-macam, yang paling banyak adalah karena belum ada makanan yang matang ketika mereka berangkat. Satu-dua orang atau satu-dua hari saja mungkin tidak menjadi masalah besar, tapi kalau tiap hari, bikin repot juga. Anak-anak ini jadi tidak fokus pada pelajaran dan hanya mengeluh lapar. Belum lagi kalau pagi-pagi karena belum sarapan dan langsung jajan (yang bisa dikatakan tidak sehat itu), beberapa di antara anak-anak ini sakit perut bahkan muntah-muntah. Nah lho, efeknya tidak sesimpel itu. Teori yang sering kita dengar bahwa tidak sarapan membuat tidak fokus dan kurang baik bagi pencernaan itu benar adanya. 

Sarapan pagi ternyata menjadi sesuatu yang gampang-gampang susah. Gampang karena sebenarnya tinggal makan saja, yang mana itu adalah kebutuhan primer manusia. Susah, karena faktanya masih banyak orang yang tidak bisa sarapan pagi karena berbagai hal. Berangkat beraktivitas pagi buta sehingga tidak sempat sarapan. Beberapa di antara kita ketika dewasa ini boleh saja berkata, "aku gak sarapan dan baik-baik aja tuh". Saya bukan ahli gizi atau orang yang menekuni bidang kesehatan sih, jadi kalau ada salah mohon koreksi ya. Tapi perlu diingat, berapa usia dan apa aktivitas harian Anda. Mungkin sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun dan ketahanan tubuh Anda lebih baik dari anak-anak. Tapi bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, tidak mendapatkan nutrisi di pagi hari akan sangat mengganggu aktivitasnya. Meski hanya duduk di kelas dan mendengarkan guru mengajar, ingat bahwa otak terus berjalan dan itu butuh energi. Bisa dibayangkan, kalau dalam kondisi lapar, mana bisa mikir dengan jernih? Orang dewasa sebenarnya juga sama terganggunya kalau tidak sarapan. Namun cenderung lebih bisa dikendalikan oleh pikiran dan daya tahan itu tadi.

Sarapan pagi untuk anak-anak tidak bisa dianggap angin lalu. Masa pertumbuhan tentu butuh gizi yang cukup untuk terus tumbuh dengan baik. Sarapan pagi bisa membantu anak-anak untuk lebih fokus mengikuti kegiatan di sekolah. Isu sarapan ini dampaknya sebenarnya macam-macam. Dampak paling umum yang saya ketahui sejauh ini ya kehilangan fokus dalam beraktivitas, masalah pencernaan akibat pola makan tidak teratur, dan mungkin ketika sudah menjadi kebiasaan sampai dewasa, akan menjadi masalah lebih kompleks saat pola makan tidak teratur. Toh, sarapan tidak harus selalu nasi atau makanan berat, kan? Tinggal kita menyesuaikan dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan dan kemampuan penyiapan sarapan pagi kita. 

Terakhir, apakah saya tim sarapan pagi tiap hari? Tentu saja, sebab sejak kecil dulu akan diultimatum oleh ibu dengan, tidak boleh berangkat sekolah sebelum sarapan 😆 Akhirnya sampai sekarang apapun yang terjadi, jam 6 pagi sudah selesai sarapan...

Menu sarapan saya hari ini



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi (Bagian 2)

     Sebelum ini saya pernah menulis Menguji Nyali Menuntaskan Misi yang menceritakan sedikit perjalanan saya menuju kelulusan di perguruan tinggi. Kisah saya tulis secara runtut mengenai beberapa tahapan pengerjaan skripsi yang sampai pada ujian tugas akhir. Kali ini saya akan melengkapi Menguji Nyali Menuntaskan Misi bagian dua.      Seusai melaksanakan ujian skripsi, sebagian besar orang berpikir bahwa ini adalah tahapan terakhir yang dapat memberikan kita gelar sarjana. Tapi tentu saja tidak. Itu baru pertengahan karena masih banyak proses lain yang harus dilalui sampai bisa dinyatakan lulus secara resmi. Mulai dari revisi yang bikin emosi, setumpuk administrasi yang tak kunjung usai, dan entri nilai tugas akhir yang bukan terakhir. Makin mendekati kelulusan, makin banyak saja drama yang berlalu. Berlalu-lalang.       Saya terus membesarkan hati sendiri agar tidak menyerah. Semenjak memasuki tahapan pengerjaan skripsi, saya memilih pulang pergi naik motor dari rumah ke kampus yang

Jika Harus Punya Idola, 3 Tokoh Berikut yang Saya Pilih

     Saya ingat ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP dulu, kami harus menggunakan ID Card selebar A4 dengan identitas diri termasuk tokoh idola. Waktu itu saya bingung karena saya tidak merasa ngefans dengan siapa pun. Teman-teman saat itu banyak menulis public figure seperti artis, penyanyi, bahkan pejabat. Saya akhirnya mengosongi "tokoh idola" di ID Card warna pink milik Gugus 7 waktu itu karena memang tidak mengidolakan siapa pun.       Saat-saat sekarang, sebenarnya jika ada yang iseng tanya siapa tokoh yang saya idolakan, saya masih tetap tidak tahu. Tapi saya cukup memantau tokoh-tokoh berikut ini karena karya-karyanya dan saya rasa mereka bisa masuk kategori tokoh yang bisa saya idolakan. 1. Raditya Dika      Sebagian dari kita mungkin mengetahui siapa Raditya Dika. Dia adalah penulis, sutradara, produser, aktor, stand up comedian , dan Youtuber. Cukup banyak yang dia lakukan sehingga perlu saya sebut semuanya. Saya mengetahui Raditya Dika saat SMP karena

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi

Tanggal 9 September minggu ini menjadi sebuah tanggal yang spesial bagi saya. Karena tepat satu tahun lalu, saya telah memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat dengan skripsi. Sembilan September tahun lalu saya telah melaksanakan Seminar Proposal Skripsi. Sebenarnya ini bukan hal yang terlalu istimewa. Setiap orang yang kuliah dan mengambil mata kuliah skripsi atau tugas akhir juga akan melaksanakan Seminar Proposal. Tapi saat Anda berada di tahapan gak yakin-yakin amat , itu menjadi momentum uji nyali.  Ketika menulis postingan ini juga merupakan uji nyali bagi saya. Karena akhirnya saya punya mental yang siap untuk memberitahu banyak orang bahwa saya juga pernah mengalami masa-masa skripsian. Disaat orang lain menginjak tahapan skripsian, disaat itu juga saya tutup rapat-rapat dari orang lain. Rasa khawatir, malu, dan pikiran yang tidak penting itu rasanya selalu menghantui. Padahal juga tidak ada yang tanya sih, saya sudah sampai tahapan apa atau udah ngapain aja. Lagi-lagi, mo