Langsung ke konten utama

Running Out of Time (1999) : Kriminal, Aksi, dan Drama dalam Satu Kemasan

Bagi generasi-X atau millenial yang menyukai film aksi, kurang lengkap rasanya jika kalian belum menonton film Running Out of Time yang rilis di Hong Kong pada 23 September 1999. Film ini merupakan garapan dari sutradara sekaligus produser Johnnie To dan penulis skenario Yau Nai-hoi. Film yang diproduksi oleh Win’s Entertainment dan Milkyway Image menampilkan pemeran utama aktor Andy Lau yang tentu tidak asing lagi sejak era ’80 serta aktor dan aktris lain seperti Sean Lau Ching-wan dan Yoyo Mung.

Sumber Gambar : www.yesasia.com

Poster Film Running Out of Time (1999)

Sebelum lebih jauh membicarakan cerita dalam film, perlu kita amati poster dari film Running Out of Time ini. Dari poster film ini tentu kita sudah merasakan dan menebak bahwa cerita dalam film ini merupakan film aksi, dapat dilihat dari senjata api yang ditampilkan. Warna serta desain yang dipilih untuk poster dominan warna gelap untuk memperkuat kesan action and crime yang akan ditampilkan dalam film ini. Feeling yang diciptakan dari poster ini seakan memberi pertanyaan bagi yang belum pernah menonton dan akan merasa penasaran, seberapa aksi-kah film ini?

Bagian penting dalam film adalah alur cerita itu sendiri. Bagian awal, Running Out of Time (1999) menceritakan seorang bernama Cheung Wah (Andy Lau) yang menderita kanker stadium akhir dan diprediksi oleh dokter hidupnya tidak akan lama lagi. Cheung Wah tidak menunjukkan kekagetan apapun dan hanya meminta agar dokter memberinya obat pereda rasa sakit agar dia bisa bertahan di minggu-minggu terakhir hidupnya. Scene lain menampilkan Inspektur Ho Sheung-sang (Lau Ching-wan), seorang negosiator polisi yang sedang diminta untuk bernegosiasi dengan kawanan perampok bank. Di bagian awal ini menggambarkan karakter masing-masing tokoh seperti Cheung Wah yang cenderung tenang dan tidak panik dalam situasi yang cukup menegangkan saat dia divonis hidupnya tak lama lagi serta Inspektur Ho yang teliti dan cerdik dalam menghadapi situasi apapun, khususnya yang berkaitan dengan kasus. Karakter dari masing-masing tokoh ini akan dipertahankan dan menjadi kekhasan di sepanjang cerita dalam film.

Cerita dilanjutkan dengan Cheung Wah yang diam-diam mencari tahu informasi tentang Inspektur Ho, sosok polisi yang ingin dia tantang dalam sebuah permainan kriminal. Untuk dapat mengajak Inspektur Ho masuk dalam permainan yang ia buat, Cheung sampai harus merampok sebuah kantor keuangan yang pada akhirnya ia bisa bertemu dan mengajak Inspektur Ho saat bernegosiasi atas perampokan yang ia lakukan, untuk “bermain” selama tiga hari. Bagian awal ini masih memperkenalkan dan mempertemukan antartokoh dengan alur cerita yang menarik.

Salah satu hal menarik dalam film ini adalah adanya scene romantisme yang menurut sebagian orang menjadi salah satu scene terbaik dalam Running Out of Time (1999) ini. Romantisme yang digambarkan secara samar justru membuat penonton penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Scene ini memperlihatkan Cheung telah kabur dari kejaran Inspektur Ho, sedang memasuki sebuah bus yang ternyata di tengah jalan terdapat polisi yang menghentikan untuk pemeriksaan dan pencarian buronan perampok perusahaan finansial yang dilakukan olehnya. Cheung yang menyadari hal itu, lagi-lagi dengan gayanya yang tanpa beban itu langsung duduk di sebelah seorang wanita dan berpura-pura menjadi kekasih si wanita ini. Pemeran wanita yang dalam film ini bernama Leung Yuen-ting (Yoyo Mung), dapat memerankan karakternya dengan sangat baik yang ia tunjukkan melalui ekspresi wajah serta gestur tubuh saat mengetahui Cheung yang pura-pura menjadi kekasihnya. Adegan ini tentu membuat penonton cukup histeris karena Cheung nampak sangat cool dan tenang saat berpura-pura menjadi kekasih Leung, padahal hal itu adalah taktik Cheung agar polisi tak mencurigainya. Feeling romantisme disini diperkuat dengan alunan musik yang tenang dan efek slowmotion sehingga efek romantis yang hanya samar itu sangat bisa dirasakan. Bahkan scene ini telah diunggah pada sosial media Tik Tok dan telah ditonton sebanyak 13 juta kali serta mendapat lebih dari satu juta likes.

Bagian berikutnya menceritakan keseruan Cheung yang ternyata memiliki misi khusus untuk balas dendam dengan menjebak bos salah satu gangster yang bernama Baldy. Selama tiga hari pula, Cheung terus melibatkan Inspektur Ho dalam permainannya termasuk untuk membantu Cheung menjebak Baldy. Adegan aksi muncul dalam scene pengejaran yang melibatkan Cheung, Inspektur Ho serta Baldy yang mana adegan tembak menembak hingga kecelakaan mobil disuguhkan secara pas dalam film ini. Efek tambahan, musik, serta pencahayaan pada scene aksi menambah ketegangan bagi para penontonnya. Tidak heran jika fim yang berdurasi 93 menit ini cukup menguras feeling dan rasa penasaran kita karena disuguhkan dengan sangat menarik. Kerjasama antar pemeran untuk menyajikan film terbaik memang sangat penting untuk dilakukan. Chemistry antara Cheung dan Inspektur Ho dalam film ini seakan membuat kita bertanya-tanya, mengapa seorang negosiator polisi macam Inspektur Ho mau bekerja sama dan mengikuti permainan kriminal Cheung? Peran yang dimainkan oleh Andy Lau dalam Running Out of Time (1999) tidak hanya sebagai Cheung namun ia juga memerankan tokoh-tokoh lain yang diceritakan sedang menyamar. Setiap karakter yang diperankan Andy Lau dalam film ini patut diacungi jempol karena ia memerankan dengan totalitas. Profesionalismenya dalam Running Out of Time (1999) kemudian mendapatkan penghargaan sebagai Best Actor dari 19th Hong Kong Film Awards.

Bagian akhir film menunjukkan kesinambungan dari awal dan tengah cerita sehingga menggiring penonton untuk menyimpulkan bagaimana film ini diakhiri dengan baik. Bagian akhir tidak langsung menunjukkan mengapa Cheung harus merampok, melakukan balas dendam, dan melibatkan Inspektur Ho dalam permainannya serta apa kaitan Cheung dengan wanita yang ia temui di bus sebelumnya. Film ini mengajak kita untuk mengulas sendiri agar dapat memahami kisah apa yang ingin ditampilkan oleh Johnnie To selaku sutradara yang dapat membawa Running Out of Time (1999) menjadi pemenang pada kategori Film of Merit pada 6th Hong Kong Film Critics Society Awards.

Running Out of Time telah rilis lebih dari 20 tahun yang lalu namun feeling dari film ini masih related jika kita tonton saat ini. Anda dapat menikmati film aksi yang dipenuhi cerita kriminal serta drama yang tidak murahan di film ini. Bagi Anda yang belum menonton film ini, Anda dapat search melalui website maupun aplikasi penyedia film Asia yang menyediakan tayangan online. Ulasan dari film ini tidak akan bisa menggantikan sensasi menonton langsung secara full selama 93 menit, jadi jika ada mulai bosan dengan tontonan Anda selama ini cobalah untuk menonton Running Out of Time (1999)!


Referensi :
Am zin (1999) - IMDb
Running Out of Time (1999 film) - Wikipedia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi (Bagian 2)

     Sebelum ini saya pernah menulis Menguji Nyali Menuntaskan Misi yang menceritakan sedikit perjalanan saya menuju kelulusan di perguruan tinggi. Kisah saya tulis secara runtut mengenai beberapa tahapan pengerjaan skripsi yang sampai pada ujian tugas akhir. Kali ini saya akan melengkapi Menguji Nyali Menuntaskan Misi bagian dua.      Seusai melaksanakan ujian skripsi, sebagian besar orang berpikir bahwa ini adalah tahapan terakhir yang dapat memberikan kita gelar sarjana. Tapi tentu saja tidak. Itu baru pertengahan karena masih banyak proses lain yang harus dilalui sampai bisa dinyatakan lulus secara resmi. Mulai dari revisi yang bikin emosi, setumpuk administrasi yang tak kunjung usai, dan entri nilai tugas akhir yang bukan terakhir. Makin mendekati kelulusan, makin banyak saja drama yang berlalu. Berlalu-lalang.       Saya terus membesarkan hati sendiri agar tidak menyerah. Semenjak memasuki tahapan pengerjaan skripsi, saya memilih pulang pergi naik motor dari rumah ke kampus yang

Jika Harus Punya Idola, 3 Tokoh Berikut yang Saya Pilih

     Saya ingat ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP dulu, kami harus menggunakan ID Card selebar A4 dengan identitas diri termasuk tokoh idola. Waktu itu saya bingung karena saya tidak merasa ngefans dengan siapa pun. Teman-teman saat itu banyak menulis public figure seperti artis, penyanyi, bahkan pejabat. Saya akhirnya mengosongi "tokoh idola" di ID Card warna pink milik Gugus 7 waktu itu karena memang tidak mengidolakan siapa pun.       Saat-saat sekarang, sebenarnya jika ada yang iseng tanya siapa tokoh yang saya idolakan, saya masih tetap tidak tahu. Tapi saya cukup memantau tokoh-tokoh berikut ini karena karya-karyanya dan saya rasa mereka bisa masuk kategori tokoh yang bisa saya idolakan. 1. Raditya Dika      Sebagian dari kita mungkin mengetahui siapa Raditya Dika. Dia adalah penulis, sutradara, produser, aktor, stand up comedian , dan Youtuber. Cukup banyak yang dia lakukan sehingga perlu saya sebut semuanya. Saya mengetahui Raditya Dika saat SMP karena

Menguji Nyali, Menuntaskan Misi

Tanggal 9 September minggu ini menjadi sebuah tanggal yang spesial bagi saya. Karena tepat satu tahun lalu, saya telah memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat dengan skripsi. Sembilan September tahun lalu saya telah melaksanakan Seminar Proposal Skripsi. Sebenarnya ini bukan hal yang terlalu istimewa. Setiap orang yang kuliah dan mengambil mata kuliah skripsi atau tugas akhir juga akan melaksanakan Seminar Proposal. Tapi saat Anda berada di tahapan gak yakin-yakin amat , itu menjadi momentum uji nyali.  Ketika menulis postingan ini juga merupakan uji nyali bagi saya. Karena akhirnya saya punya mental yang siap untuk memberitahu banyak orang bahwa saya juga pernah mengalami masa-masa skripsian. Disaat orang lain menginjak tahapan skripsian, disaat itu juga saya tutup rapat-rapat dari orang lain. Rasa khawatir, malu, dan pikiran yang tidak penting itu rasanya selalu menghantui. Padahal juga tidak ada yang tanya sih, saya sudah sampai tahapan apa atau udah ngapain aja. Lagi-lagi, mo